TOKOH:
1. Polisi (Faisal)
2. Polwan (Ega)
3. Tamara (Bos Begal)
4. Qory (Begal)
5. Reporter (Sania)
6. Kameraman (Habib)
7. Narator
Pada
suatu hari, hiduplah dua kakak-beradik yang bernama Bawang Putih dan Bawang
Merah. Saat masih kecil, mereka berdua sangat akur. Bawang Putih sang kakak,
sangat menyayangi adiknya Bawang Merah dan begitupun sebaliknya. Tetapi,
keadaan tiba-tiba berubah saat mereka menginjak usia dewasa. Ayah mereka, yaitu
Raja negeri The United Kingdom of Great Nine Eight mulai sakit-sakitan. Ibu
mereka sang Ratu, akhirnya meninggal mendahului sang suami karena sakit yang
diderita. Semua tabib di seluruh negeri sudah mencoba untuk mengobati sang Raja
agar tidak meninggal menyusul Ratu. Tapi, belum ada yang berhasil.
Sampai
akhirnya Raja meninggal. Sebelum Raja meninggal, ia sempat berpesan kepada
kedua anaknya. Pesannya ialah, Raja menurunkan tahta nya kepada anak sulung
yaitu Bawang Putih. Diangkatlah Bawang Putih sebagai ratu dan pemimpin baru di
negeri. Tetapi dibalik itu semua, Bawang Merah marah. Ia tidak rela jika bawang
putih yang menjadi ratu. Dari situlah konflik dimulai. Dan sampai saat ini,
tidak ada yang tahu bagaimana kelanjutan tentang Bawang Putih dan Bawang Merah.
Adegan1
Sedang
syuting acara berita.
Kameraman: Nanti
sebelum kata “pemirsa” ngadep kesana.
Reporter: Oke, Bang.
Kameraman: Camera Roll and action!
Reporter: (mulai
ngomong) Saat ini saya sedang berada di kawasan Simpang Tekun deket daerah
Bonjol yang sangat ramai oleh penjual batu cincin maupun pembelinya. Nah
pemirsa harga batu cincin juga beragam, mulai dari 60 ribu rupiah sampai
jutaan. Contoh batu yang saya ketahui ialah batu jenis solar, bacan, sulaiman
dan masih banyak lagi jenisnya. Agar lebih jelasnya, saya akan mewawancarai
salah seorang penjual batu yang ada disini. Dengan bapak siapa?
Narasumber: dengan
Bapak Heru.
Reporter: Saya ingin
Bapak menjelaskan kepada kami jenis-jenis batu yang ada.
Narasumber: Oke,
disini ada batu jenis solar yang harga perbuahnya yaitu 500 ribu. Ada sulaiman
yang harganya 750 ribu, dan ada premium serta cabe yang harganya masing-masing
200 ribu dan 150 ribu.
Reporter: Wah
ternyata batu jenis cabe murah sekali ya, Pak.
Narasumber: Ya,
benar.
Reporter: Terimkasih,
Pak. Oke pemirsa, sampai disini saja liputan mengenai batu cincin. Sampai jumpa
lagi. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kameraman: Cut cut.
Reporter: Gimana bang?
Kameraman: ulang
lagi, deh.
Reporter: Loh kenapa?
Kameraman: Lupa
dibuka tutup kameranya nih. Item semua, suaranya aja yang ada.
Reporter: Ih gimana
sih?
Adegan 2
Sementara
itu keadaan Duo Begal yang sangat memprihatinkan sedang berada di markas merka
yaitu rumah kontrakan yang memiliki 5 ruangan yaitu 2 kamar, kamar mandi, dapur
dan ruang tamu. Harga pertahunnya hanya 10 juta rupiah, harga tagihan listrik
sebulan 30 ribu karena mereka hemat, dan harga catering perminggu 100 ribu.
Qory: Bos, jadi
gimana rencana kita selanjutnya? Apa lagi yang kita begal? Aku udah habis duit
nih, main judi semalam. Tak menang pula!
Tamara: Tenang aja deh lu. Semua udah kupikirkan. Lu tinggal jalanin aja apa susahnya. Belum
ada memang begal sepintar gue ya. Hahahahaha.
Qory: Jadi apa
rencananya, Bos?
Tamara: Kali ini kita
akan mencuri.
Qory: apa? Mencuri?
Mencuri itu, kan, nggak baik, Bos. Ntar masuk neraka. Apalagi mencuri pulpen.
Tamara: Ngebegal itu,
kan juga bedosa.
Qory: Oh,iya, Bos.
Lupa. Jadi apa yang kita curi, Bos? Mending kita nge begal aja, deh.
Tamara: nge begal
apalagi? Semua jenis kendaraan udah pernah kita begal. Polisi udah nyari kita.
Qory: Tinggal satu
jenis lagi, Bos, yang belum kita begal.
Tamara: Apa?
Qory: Mobil tinja.
Tamara: mau dapat
tai lu nge begal mobil tinjai. Ada-ada aja lu. Sini gue bisikkan rencana kita.
Qory: (mendekat)
Tamara: (bisik-bisik)
eee bang Jono, kenapa kau tak pulang-pulang. Udah itu rencananya. Ngerti?
Qory: (nyengir) hehe,
enggak bos. Dengar pun tidak suara bos.
Adegan 3
Polwan Ega sedang
piket dikantornya.
(suara telepon)
Polwan: Siap, Pak.
Ada apa? (ngomong di telepon)
Policeboy: Meluncur
ke TKP sekarang.
Polwan: Tapi kata
Bapak, kan, jam 10 malem patrolinya. Sekarang masih jam 9. Saya masih main COC,
Pak.
Policeboy: udah cepat
lah kau. Aku Nampak orang mencurigakan ini disini.
Polwan: yaudah, pak.
30 menit. (bergegas naik motor polisi) (nino nino nino) (sampe di Tanah Lapang:
TKP & mencari Policeboy) (hormat) Kok disini, ya, Pak? Banyak cabe.
Faisal: Ya ini, kan,
emang TKP. Tempat Kumpulnya Para cabe.
Adegan 4
Duo begal yaitu
Tamara dan Qory sedang asyik menonton suatu acara di salah satu stasiun
televisi. (SFX: akulah serigala aku memang ada)
Qory: Bos, kita nggak
ke Tanah Lapang? Ini malam minggu, loh. Pengen makan jagung bakar, nih.
Tamara: Emangnya lu aja yang mau jagung bakar? Aku pun juga.
Qory: Ya udah, Bos.
Ayo berangkat!
Tamara: Lu gila? Kita
ini, kan, buronan polisi. Dan polisi juga udah tahu tempat nongkrong kita tiap
malming (malam minggu).
Qory: Intinya, Bos?
Tamara: Ya pasti
polisi sekarang disana nungguin kita.
Qory: Ohh. Kalau gitu
kita nyamar aja, Bos.
Tamara: Nyamar? Jadi
siapa? Bencong? Lu aja kali gue enggak.
Qory: enggak, deh,
Bos. Terimakasih.
Duo
Begal pun melanjutkan kegiatan mereka yaitu menonton TV.
Adegan 5
Sementara itu keadaan
si Reporter dirumahnya.
Reporter: (nyabut
bulu ketiak pakai pinset sambil maskeran dan dengerin lagu Rhoma Irama-Kata
Pujangga) Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga aww aww (kesakitan nyabut bulu ketiak)
Adegan 6
Dan bagaimana keadaan
si Kameraman Habib dirumahnya saat malam minggu seperti ini?
Kameraman: (main
Barbie) Halo nona Elizabeth, ini teh-nya, silahkan diminum. Terimakasih nona
Fransiska. Boleh aku minta gulanya lagi nona Fransiska? Boleh saja nona Maria.
Ehm
saya selaku narator meminta maaf atas insiden tadi yang mungkin tidak baik
ditonton oleh adik-adik kita. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. By the
way, anyway, busway, mari kita lihat bagaimana keadaan Policeboy dan Polwan.
Adegan 7
Pukul 12 malam.
Polwan: Pak, disini
banyak bencong. Apa nggak kita tangkap aja?
Policeboy: Jangan!
Tahan dulu. Nanti penyamaran kita terbongkar. Sebenarnya saya juga mau nangkap
orang pacaran disini. Ngeri kali bah orang ini. Pacaran deket-deketan, baju si
cewek ntah kayak mana. Kayak nggak ada urat malunya.
Polwan: Ehm, Pak.
Bapak marah karena cewek-cewek disini pakai baju terbuka atau karena banyak
yang pacaran disini sedangkan Bapak masih jomblo?
Policeboy: Kurang
ajar kau. Terus awasi!
Polwan: sepertinya
begal itu enggak kesini, Pak. Mungkin mereka sudah tahu kita menunggu mereka.
Policeboy: Betul juga
kamu. Saya pun sudah capek ini tengo sana tengo sini. Lagian udah jam 12.
Polwan: Betul, Pak.
Lagian disini banyak nyamuk (nepuk-nepuk nyamuk di tangan dan pipi)
Policeboy: Ya udah
lah. Kita pulang saja.
Akhirnya
kedua polisi itu pun pulang dengan sia-sia. Cemberut menghiasi wajah mereka di
malam yang indah ini.
Seminggu
kemudian, Duo Begal telah mempersiapkan segalanya untuk mencuri batu jenis
solar yang sangat mahal itu. Mereka ingin mengambilnya di sebuah museum yang
mengadakan pameran batu, jadi semua jenis batu akan dipamerkan. Dari pameran
dibuka pukul 10 pagi sampai selesai pukul 4 sore, Duo Begal menyamar mejadi
patung dewa-dewi Yunani dengan tubuh penuh warna putih. Duo Begal memperhatikan
seluruh isi museum. Mereka menyamar tepat didepan batu solar dipamerkan.
Adegan 8
Reporter Sania dan
Kameraman Habib seperti biasa meliput pameran tersebut.
Kameraman: Satu Dua
Tiga Yak.
Reporter: Selamat
pagi, Pemirsa. Jumpa lagi dengan saya Sania di Liputan 98. Saat ini saya sedang
berada di pameran batu yang diselenggarakan di Museum 98 mulai dari hari ini
sampai 1 minggu kedepan. Pameran ini setiap harinya dimulai dari pukul 10 pagi
sampai 4 sore. Banyak yang datang kesini mulai dari warga Binjai, anak sekolah,
pria wanita bencong, pejabat sampai Wali Kota Binjai yaitu Idaham dan wakilnya
Timbas. Beragam jenis batu yang dipamerkan disini. Mulai dari harga 80 ribu
sampai 15 juta. Batu-batu disini ada yang dijual, dilelang dan hanya dipamerkan
saja seperti batu jenis solar dan Sulaiman. Bisa kita lihat disini batu Solar
yang diberi pagar di sekelilingnya yang artinya tidak boleh disentuh. Bahkan
sampai ada dua orang polisi yang menjaga. Baiklah pemirsa, sampai disini saja
jumpa kita. Sampai ketemu besok. Selamat pagi!
Kameraman: Cut!
Reporter: Tutup
kamera-nya udah dibuka belum, Bang?
Kameraman: Udah.
Pukul
2, pukul 3 tik tak tik tok waktu terus berjalan, detik demi detik berlalu. Duo
Begal masih menjadi patung. Hingga akhirnya pukul 4 dan pameran ditutup. Tepat
pukul 5, museum telah sepi dan jauh berbeda dari 3 jam yang lalu. Dengan sigap
Duo Begal bergerak meninggalkan penyamaran dan bergegas menjalankan rencana.
Batu jenis solar dibiarkan ditempatnya karena tidak ada yang berani menyentuh.
Duo Begal mengendap-endap. Semua lampu
museum padam, tetapi karena cuaca diluar cerah, keadaan didalam museum tidak
gelap total. Seberkas cahaya matahari masuk melalui ventilasi-ventilasi
jendela. Dan itu membuat Duo Begal memiliki peluang lebih besar untuk
mendapatkan batu Solar.
Adegan 9
Tamara : Qor, jaga-jaga, ya?
Qory : Siap, Bos.
Tamara : (melewati pagar yang melingkari batu
Solar, berjalan perlahan)
Qory : Bos, batu Solar dijaga pakai alarm,
aku baru ingat.
Tamara : Apa, Qor? Aku tidak bisa mendengarmu
disini terlalu gelap.
Qory : Lah? Mendengar, kan, pakai kuping
bukan mata. Auk ah, kata Bos kan semua sudah direncanakan. Tugasku disini
hanyalah menjaga kalau-kalau ada orang.
Tamara : (berhasil mengambil batu Solar dari
tempatnya) Yess. Berhasil.
Nino nino nino nino
nino nino
Tiba-tiba
terdengar suara gubrakan pintu setelah suara alarm dari batu solar. Policeboy
dan Polwan dengan sigap menyandera Duo Begal dengan pistolnya. Duo Begal tak
sempat mengeluarkan senjata. Dan pada akhirnya…
Tamara: Eh, kalian
apa-apaan? Lepasin aku nggak!
Polwan: (memandang
lurus Tamara) (ia seperti mengingat sesuatu) Siapa nama kamu?
Tamara: Tamara!
Polwan: Bohong! Pasti
nama kamu bukan Tamara, kan?
Tamara: Bu, Polwan
tahu aja, deh. Iya aku pakai nama samaran selama ini dan nggak ada yang tahu.
Nama asliku Bawang Merah.
Polwan: (memeluk
Tamara ehm maksudnya Bawang Merah)
Saat Polwan masih
memeluk Tamara, tak lama kemudian Reporter dan kameraman datang untuk meliput
kejadian dicurinya Batu Solar.
Reporter: Selamat
sore, Pemirsa. Bertemu lagi dengan saya Sania. Kami mendengar kabar bahwa batu
Solar dicuri, benar begitu, Pak?
Policeboy: Iya,
benar. Dan sudah langsung kami tangani.
Reporter: Tetapi,
kenapa Polwan memeluk pencurinya?
Policeboy: Saya juga
enggak ngerti.
Tamara: Ih, apaan,
sih, Bu Polwan. Main peluk aja. Aku, kan pengennya Pak Polisi yang meluk, bukan
Bu Polwan.
Polwan: (melepas
pelukan) kamu adalah adikku. Aku kakakmu, aku bawang putih. Kamu ingat, kan?
Tamara: (terpelongo)
kenapa elu disini? Kenapa lu jadi Polwan? Bukannya lo disana? Harta lo banyak, kan. Sedangkan gue jadi miskin dan kerjaan gue cuma ngebegal yang penuh
dosa.
Polwan: Aku
meninggalkan negeri dan semua telah kuserahkan kepada keponakan ayah yaitu
Bawang Bombay. Aku merantau karena bosan menjadi Ratu. Pulanglah bersamaku.
Kita kembali ke negeri dan memulai hidup baru. Aku sayang kamu bawang merah.
Tamara: (menangis)
dengan semua perbuatan jahatku pada mu. Engkau masih menyayangiku? Impossible!
Polwan: Aku beneran,
nih!
Tamara: Gue kangen lu juga bawang Putih. Yok kita pulang. Tapi gue mau seseorang ikut dengan kita.
(ngelirik Policeboy)
Polwan: Nggak bisa.
Tugas dia emang disini. Dia nggak mungkin ninggalin tugas seorang Polisi yaitu
mengayomi masyarakat.
Tamara: Aku pikir
kerjaan polisi cuma nilang kendaraan terus minta setoran. Ternyata masih ada
polisi yang baik hati kayak Bapak. (ngelirik Policeboy malu-malu)
Akhirnya,
itulah kelanjutan cerita Bawang Putih dan Bawang Merah. Tentang Policeboy,
tentang Duo Begal, tentang Reporter dan Kameraman semua dikemas dalam satu
drama.
TAMAT
Komentar
Posting Komentar